Jumlah Penduduk Di Negara Asean Tahun 20113
Grafik 5. Kepadatan Penduduk Di Negara Asean & Searo (Jiwa
Per Km2) Tahun 20113
Untuk
laju pertumbuhan penduduk, perkiraan laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah
0,8%. Di kawasan ASEAN, Singapura dan Indonesia memiliki angka yang sama dan
menduduki peringkat ke-4 dan ke-5 terendah untuk perkiraan laju pertumbuhan
penduduk.
Grafik 6. Perkiraan Laju
Pertumbuhan Penduduk Per Tahun Di Negara Asean Tahun 2010-2030
Berdasarkan
Angka
Beban Tanggungan Persentase penduduk menurut kelompok umur non produktif untuk
keadaan tahun 2011, Laos merupakan negara yang terbesar untuk kelompok umur
tersebut dibandingkan negara-negara lain di kawasan ASEAN yaitu 45% dari total
penduduk. Sebaliknya Singapura merupakan negara dengan komposisi penduduk
kelompok umur non produktif terendah yaitu 26%.3
Grafik 7. Komposisi Penduduk Yang Produktif Dan Non Produktif
Di Negara Asean Tahun 20113
Pada
tahun 2012 populasi Indonesia meningkat sebanyak 244.775.797 orang dengan
Jumlah kepadatan penduduk meningkat menjadi
per km2 sebesar 128 orang dan menempatkan Indonesia pada
peringkat ke-5 terpadat di kawasan ASEAN. Dengan wilayah negara terluas, di
antara negara ASEAN, Indonesia selalu menempati peringkat pertama sebagai
negara dengan jumlah penduduk tertinggi. Sedangkan Brunei Darussalam memiliki
jumlah penduduk paling rendah di kawasan ASEAN yaitu sekitar 0,4 juta jiwa
dengan kepadatan penduduk per km2 sebesar 72 orang.4
Grafik 8. Jumlah
Penduduk Di Negara Asean Tahun 20124
Negara
yang menempati peringkat pertama di ASEAN dengan kepadatan penduduk tertinggi
adalah Singapura, dengan angka jauh melebihi 9 negara anggota ASEAN lainnya
yakni dengan kepadatan 7.751 penduduk per km2. Peringkat kedua tertinggi adalah
Filipina dengan kepadatan 321 penduduk per km2. Sedangkan Laos menempati
peringkat terakhir untuk kepadatan penduduk terendah di ASEAN yakni 28 penduduk
per km2.
Grafik 9. Tingkat
Kepadatan Penduduk Negara-Negara Asean (Jiwa Per Km2) Tahun 20124
Indonesia
dengan jumlah penduduk terbesar di kawasan ASEAN, memiliki perkiraan laju pertumbuhan
penduduk 1,1 %. Indonesia menduduki peringkat ke-8 tertinggi untuk perkiraan
laju pertumbuhan penduduk. Singapura, sebagai satu-satunya negara maju di
kawasan ASEAN, memiliki perkiraan laju pertumbuhan penduduk per tahun di
kawasan ASEAN yang tertinggi dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk 2,6%
pada periode 2001-2011, sedangkan Myanmar merupakan negara dengan perkiraan
laju pertumbuhan penduduk paling rendah yaitu 0,6%. Untuk persentase penduduk menurut
kelompok umur non produktif (kelompok umur 0-14 tahun dan kelompok umur 65
tahun ke atas) pada keadaan tahun 2012, Indonesia berada pada peringkat ke 4
tertinggi di kawasan ASEAN untuk kelompok umur non produktif yaitu 33%. Laos merupakan negara yang
tertinggi untuk kelompok umur tersebut dibandingkan negara-negara lain di
kawasan ASEAN yaitu 42% dari total penduduk. Sebaliknya Singapura merupakan
negara dengan komposisi penduduk kelompok umur non produktif terendah yaitu
26%. Di satu pihak, Indonesia dengan jumlah
penduduk yang besar di ASEAN dan lebih separuh penduduk yang dengan usia
produktif, akan terus menikmati keuntungan demografi dan
potensi perkembangan ekonomi sangat besar, tetapi di pihak lain, perkembangan ekonomi
tidak dapat mengejar pertambahan jumlah penduduk, sementara jumlah penduduk
yang sangat besar membawa banyak masalah sosial antara lain bahan pangan,
energi, layanan kesehatan dan pendidikan. 4
Grafik 10. Komposisi Penduduk Yang
Produktif Dan Non Produktif Di Negara Asean Tahun 2011
Pada
tahun 2013 Hasil estimasi jumlah penduduk pada tahun 2013 sebesar 248.422.956
orang. Jumlah penduduk di Indonesia meningkat dengan relatif cepat. Diperlukan
kebijakan untuk mengatur atau membatasi jumlah kelahiran agar kelahiran dapat
dikendalikan dan kesejahteraan penduduk makin meningkat. Kepadatan rata-rata
penduduk di Indonesia berdasarkan hasil estimasi sebesar 130 penduduk per km2.
Hasil estimasi jumlah penduduk pada tahun 2014 meningkat sebesar 252.124.458 orang.5
Penurunan kasus kematian pada balita
merupakan salah satu hal yang dianggap penting dalam tujuan pembangunan
milenium. Pada kasus kematian yang tinggi biasanya jumlah kematian terbanyak
terjadi pada usia balita saat mereka rentan terhadap penyakit. Tabel berikut
memperlihatkan angka kematian balita per 1000 kelahiran hidup di Negara ASEAN
pada Tahun 2010 hingga Tahun 2014.6 7
Tabel 1. Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup pada Tahun 2010-2014
di Negara ASEAN7
NEGARA
|
TAHUN
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
Laos
|
76,7
|
74
|
71,3
|
69,1
|
66,7
|
Myanmar
|
57,2
|
55,3
|
53,5
|
51,7
|
50
|
Kamboja
|
39,3
|
35,8
|
32,9
|
30,6
|
28,7
|
Filipina
|
31,9
|
31,2
|
30,4
|
29,6
|
28
|
Indonesia
|
31,7
|
30,4
|
29,3
|
28,2
|
27,2
|
Vietnam
|
24,2
|
23,5
|
22,9
|
22,3
|
21,7
|
Thailand
|
14
|
13,5
|
13,1
|
12,6
|
12,3
|
Brunei Darussalam
|
9,5
|
9,7
|
9,9
|
10,1
|
10,2
|
Malaysia
|
7,9
|
7,7
|
7,5
|
7,2
|
7
|
Singapura
|
2,8
|
2,8
|
2,8
|
2,8
|
2,7
|
Data
yang didapat dari “World Bank” diatas memperlihatkan kisaran yang
mencolok pada Angka Kematian Balita di antara negara-negara anggota ASEAN Tahun
2010-2014. Angka yang tertinggi pada Tahun 2010 adalah Laos yaitu sebesar 77
kematian per 1.000 kelahiran hidup, namun angka tersebut terus turun tiap
tahunnya. Secara berturut selama 4 tahun berikutnya angka kematian balita
adalah 74, 71, 69 dan turun hingga 67 angka kematian pada Tahun 2014. Pada tahun 2010, di Indonesia
terdapat 32 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. Di kawasan ASEAN,
Indonesia menempati peringkat ke-5 tertinggi kematian balitanya. Di Indonesia
juga terdapat penurunan angka kematian balita setiap tahunnya dari 2010-2014,
yakni dari 32, 30, 29, 28, dan 27 kematian balita per 1000 kelahiran pada tahun
2014. Sedangkan Negara Brunei Darussalam
terdapat 9 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. Di kawasan ASEAN, Brunei
Darussalam menempati peringkat ke-8 tertinggi kematian balitanya. Namun pada
negara ini angka kematian balita per 1000 kelahiran meningkat pada tahun
berikutnya, yakni dari angka 9 kematian menjadi 10 kematian pada tahun
2011-2014. Myanmar
tercatat 57 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. Di kawasan ASEAN,
Myanmar menempati peringkat ke-2 tertinggi kematian balitanya. Angka ini terus
turun dari tahun ke tahun, scara berturut turut dari tahun 2011-2014 adalah 55,
53, 52, dan 50 kematian balita per 1000 kelahiran pada Tahun 2014. Angka Kematian Balita terendah
dicapai oleh Singapura yaitu 3 kematian per 1.000 kelahiran hidup, angka ini
statis dari tahun ke tahun hingga mencapai Tahun 2014. 7
Salah
satu indikator kesehatan yang dinilai berpengaruh terhadap angka mortalitas
balita adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur,
berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB disajikan dalam
bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan per umur (BB/U) atau underweight,
tinggi badan per umur (TB/U) atau stunting, dan berat badan per tinggi
badan (BB/TB) atau wasting. Underweight mengindikasikan masalah
gizi secara umum karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi
badan; stunting merupakan masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai
akibat dari keadaan yang berlangsung lama (kemiskinan, perilaku hidup sehat dan
pola asuh/makan) dan mengindikasikan malnutrisi; dan wasting merupakan
masalah gizi bersifat akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam
waktu yang tidak lama (wabah penyakit, kelaparan). Pada gravik berikut ini terdapat
data mengenai status gizi pada negara ASEAN yang dapat menjadi tolak ukur angka
kematian balita. 3 4
Grafik 11. status gizi balita di Negara ASEAN 20102
Berdasarkan data diataas dapat
dilihat masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang
berlangsung lama (kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh/makan) dan
mengindikasikan malnutrisi (stunting)
berwarna merah, angka tertinggi terdapat pada Negara Laos yakni 48%. Kamboja
menduduki peringkat kedua pada angka masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai
akibat dari keadaan yang berlangsung lama (kemiskinan, perilaku hidup sehat dan
pola asuh/makan) dan mengindikasikan malnutrisi dengan angka 42%. Sedangkan
Negara Indoneasia menduduki peringkat ketiga yakni 37%, disusul oleh Negara
Myanmar dengan angka 35%cdan angka terendah pada Negara Singapura yakni 0%. Jika kita bandingkan angka kematian
balita per 1000 kelahiran dengan data mengenai status gizi balita pada Negara
ASEAN terdapat hubungan yang cukup signifikan, dimana 4 negara dengan angka
kematian tertinggi per 1000 kelahiran tertinggi yakni Laos, Kamboja, Indonesia,
dan Myanmar yang juga tercatat sebagai 4 negara dengan masalah gizi yang
sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama (kemiskinan,
perilaku hidup sehat dan pola asuh/makan) dan mengindikasikan malnutrisi (stunting). Sedangkan negara dengan
angka kematian balita per 1000 kelahiran yang terendah adalah Negara Singapura,
hal ini juga selaras dengan data masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai
akibat dari keadaan yang berlangsung lama (kemiskinan, perilaku hidup sehat dan
pola asuh/makan) dan mengindikasikan malnutrisi pada negara ini, yakni angka
0%.3 4
|
|
|
Grafik 12. status gizi balita di Negara ASEAN 20113
Pada
tahun 2011 angka masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan
yang berlangsung lama (kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh/makan)
dan mengindikasikan malnutrisi (stunting)
masih tetap sama, dengan 4 negara tertinggi adalah Laos, Kamboja, Indonesia dan
Myanmar. Negara dengan angka terendah untuk masalah gizi masih tetap Negara
Singapura. Data status gizi pada balita Tahun 2011 ini selaras dengan angka
mortalitas bayi per 1000 kelahiran balita pada Tahun 2011 yakni Laos, Kamboja, Indonesia dan
Myanmar, sedangkan Negara dengan angka terendah terhadap mortalitas balita per
1000 kelahiran masih tetap Negara Singapura. Dari data tersebut diharapkan bisa
diambil tindakan untuk menekan angka mortalitas balita per 1000 kelahiran
dengan meningkatkan kan status gizi balita.3 4
Angka Kematian Bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu
rendah jika AKB kurang dari 20; sedang 20-49; tinggi 50-99; dan sangat tinggi
jika AKB di atas 100 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010,
lima negara ASEAN yaitu Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand dan
Vietnam termasuk negara dengan Angka Kematian Bayi rendah. Empat negara, yaitu
Filipina, Indonesia, Laos dan Kamboja termasuk kelompok sedang, sementara
Myanmar masuk dalam kelompok negara yang memiliki Angka Kematian Bayi tinggi.
Dari 10 negara anggota ASEAN, tidak ada yang masuk dalam kelompok angka
kematian bayi sangat tinggi (>100 per 1.000 kelahiran hidup).3 4
Besaran Angka Kematian Bayi di negara-negara ASEAN berkisar antara
2 dan 50. Singapura merupakan negara dengan AKB terendah, yaitu 2 per 1.000
kelahiran hidup, sedangkan AKB tertinggi di Myanmar, yaitu sebesar 50 per 1.000
kelahiran hidup. Indonesia memiliki angka kematian bayi 27 per 1.000 kelahiran
hidup dan berada di peringkat 10 terendah di antara 18 negara tersebut. Tahun
2012, Angka Kematian Bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu
rendah jika AKB kurang dari 20; sedang 20-49; tinggi 50-99; dan sangat tinggi
jika AKB di atas 100 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan klasifikasi Angka
Kematian Bayi, gambar 6.11 menunjukkan pada tahun 2011, Myanmar merupakan
negara yang memiliki angka kematian bayi tertinggi di kawasan ASEAN dengan
angka 47,9 per 1.000 kelahiran hidup. Empat negara termasuk Indonesia diantara
Filipina, Laos dan Kamboja termasuk kelompok sedang. Sedangkan ke lima negara
lainnya yaitu Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand dan Vietnam
termasuk negara dengan Angka Kematian Bayi rendah. Dari 10 negara anggota
ASEAN, tidak ada yang masuk dalam kelompok angka kematian bayi sangat tinggi
(>100 per 1.000 kelahiran hidup).3 4
Besaran Angka Kematian Bayi di negara-negara ASEAN berkisar antara
2 dan 50. Singapura merupakan negara dengan AKB terendah, yaitu 2 per 1.000
kelahiran hidup, sedangkan AKB tertinggi di Myanmar, yaitu sebesar 48 per 1.000
kelahiran hidup. Indonesia memiliki Angka Kematian Bayi 37 per 1.000 kelahiran
hidup dan berada di peringkat 10.
Tabel 2. Angka Kematian Bayi pada Tahun 2010-2014 di Negara ASEAN 5 6 7
No.
|
Nama Negara
ASEAN
|
Tahun
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
1
|
Brunei
|
7,7
|
7,8
|
8,1
|
8,3
|
8,5
|
2
|
Singapura
|
2,2
|
2,2
|
2,2
|
2,2
|
2,2
|
3
|
Malaysia
|
6,8
|
6,7
|
6,6
|
6,4
|
6,2
|
4
|
Indonesia
|
27,4
|
26,3
|
25,3
|
24,4
|
23,6
|
5
|
Filipina
|
24,9
|
24,4
|
23,9
|
23,3
|
23,6
|
6
|
Thailand
|
12,5
|
12
|
11,6
|
11,2
|
10,9
|
7
|
Vietnam
|
19,8
|
19,3
|
18,8
|
18,3
|
17,8
|
8
|
Myanmar
|
45,8
|
44,5
|
43,2
|
41,9
|
40,7
|
9
|
Kamboja
|
36,7
|
33,6
|
30,7
|
28,3
|
26,3
|
10
|
Laos
|
59
|
57,1
|
55,4
|
53,7
|
52,3
|
Berdasarkan tabel diatas angka kematian bayi diklasifikasikan
berdasarkan empat kelompok yaitu rendah jika AKB kurang dari 20; sedang 20-49;
tinggi 50-99; dan sangat tinggi jika AKB di atas 100 per 1.000 kelahiran hidup.
Tahun 2013 menunjukan lima negara ASEAN yaitu Singapura, Malaysia, Brunei
Darussalam, Thailand dan Vietnam termasuk negara dengan Angka Kematian Bayi
rendah. Tiga negara, yaitu Filipina, Indonesia, dan Kamboja termasuk kelompok
sedang, sementara Laos dan Myanmar masuk dalam kelompok negara yang memiliki
Angka Kematian Bayi tinggi.
Besaran Angka Kematian Bayi di negara-negara ASEAN berkisar antara
2 dan 50. Singapura merupakan negara dengan AKB terendah, yaitu 2 per 1.000
kelahiran hidup, sedangkan AKB tertinggi di Laos, yaitu sebesar 53 per 1.000
kelahiran hidup. Indonesia memiliki angka kematian bayi 24 per 1.000 kelahiran
hidup dan berada di peringkat 10 terendah di antara 18 negara tersebut. Sedangkan
pada tahun 2014 menunjukan lima negara ASEAN yaitu Singapura, Malaysia, Brunei
Darussalam, Thailand dan Vietnam termasuk negara dengan Angka Kematian Bayi rendah.
Tiga negara yaitu Filipina, Indonesia, dan Kamboja termasuk kelompok sedang,
sementara Laos dan Myanmar masuk dalam kelompok negara yang memiliki Angka
Kematian Bayi tinggi. Besaran Angka Kematian Bayi di negara-negara ASEAN berkisar antara
2 dan 50. Singapura merupakan negara dengan AKB terendah, yaitu 2 per 1.000
kelahiran hidup, sedangkan AKB tertinggi di Laos, yaitu sebesar 52 per 1.000
kelahiran hidup. Indonesia memiliki angka kematian bayi 23 per 1.000 kelahiran
hidup.5 67
Salah
satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah
pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan secara
tepat dan cepat diharapkan dapat mengatasi sebagian besar masalah kesehatan
masyarakat. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta
untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak.
Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan
belas) tahun. Upaya kesehatan ibu dan anak
diharapkan mampu menurunkan Angka
Kematian.
Komitmen global dalam MDGs menetapkan target terkait
kematian ibu dan kematian anak yaitu
menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015 dan menurunkan angka kematian anak
hingga dua per tiga dalam kurun waktu
1990-2015. Untuk periode 2005-2011, dari 6 anggota ASEAN (Laos, Malaysia,
Singapura dan Vietnam tidak ada data), Brunei Darussalam merupakan negara
dengan persentase pemeriksaan ibu hamil (K4) tertinggi yaitu sebesar 100%.
Sedangkan yang terendah tercatat di Myanmar yaitu sebesar 43%. Cakupan
pertolongan persalinan di negara ASEAN bervariasi dengan cakupan tertinggi di
Brunei Darussalam dan Singapura masing-masing sebesar 100% dan yang terendah di
Laos dengan cakupan 37%. Indonesia dengan cakupan salinakes 77% berada pada
peringkat ke-6 dari 10 negara. Persentase peserta KB aktif pada wanita subur
tahun 2011 di negara anggota ASEAN (Brunei Darussalam dan Malaysia tidak ada
data) yang tertinggi dicapai. oleh Thailand dengan cakupan
sebesar 77%, dan yang terendah di Laos sebesar 29%. Indonesia
dengan cakupan peserta KB aktif sebesar 57% berada pada peringkat ke-3 dari 10 negara ASEAN. Pada periode 2010-2030,
perkiraan laju pertumbuhan penduduk per tahun yang tertinggi di antara negara
anggota ASEAN adalah Filipina dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk 1,5%,
sedangkan Thailand merupakan negara dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk
paling rendah yaitu 0,3%. Perkiraan laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah
0,8%. Di kawasan ASEAN, Singapura dan Indonesia memiliki angka yang sama dan
menduduki peringkat ke-4 dan ke-5 terendah untuk perkiraan laju pertumbuhan
penduduk. 3 4
Angka
Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat
kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan
dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama
kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.2 3 4
Berdasarkan
klasifikasi Angka Kematian Ibu dari WHO adalah sebagai berikut; <15 100.000="" 15-199="" 200-499="" 500-999="" dan="" hidup.="" hidup="" kelahiran="" per="" span=""> 2 3 415>
Tabel 3. Angka Kematian Ibu Tahun 2010-2014 di Negara ASEAN7
No.
|
Nama Negara ASEAN
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
1
|
Brunei Darusalam
|
27
|
29
|
25
|
24
|
23
|
2
|
Singapore
|
11
|
12
|
12
|
11
|
10
|
3
|
Malaysia
|
48
|
47
|
45
|
43
|
41
|
4
|
Indonesia
|
165
|
156
|
148
|
140
|
133
|
5
|
Filipina
|
129
|
127
|
126
|
121
|
117
|
6
|
Thailand
|
23
|
22
|
22
|
21
|
21
|
7
|
Vietnam
|
58
|
56
|
56
|
55
|
54
|
8
|
Myanmar
|
205
|
201
|
195
|
189
|
184
|
9
|
Kamboja
|
202
|
188
|
178
|
173
|
167
|
10
|
Laos
|
294
|
271
|
250
|
230
|
213
|
Berdasarkan
data yang diambil dari World Bank Data,
menunjukan bahwa dari 5 tahun terakhir 2010-2014 Negara yang memiliki tingkat
kematian ibu yang paling rendah adalah Singapura dengan rasio <15 100.000="" 10="" 15-199="" 200-499="" 7="" 9="" adalah="" brunei="" dan="" dari="" darusalam="" dengan="" diikuti="" hidup.="" hidup="" ibu="" indonesia="" ke="" kelahiran="" kematian="" kemudian="" laos="" memiliki="" menepati="" negara="" oleh="" paling="" per="" rasio="" sementara="" span="" thailand="" tinggi="" tingkat="" urutan="" yaitu="" yang=""> 715>
Jumlah
ini semakin lama semakin menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2010 Singapura
memiliki 11 per 100.000 kelahiran hidup, yang diikuti oleh Brunei Darussalam (27),
Thailand (23), Malaysia (48), Vietnam (58), Filipina (183), Indonesia (165),
Kamboja (202), Myanmar (205) dan Laos (294). Pada tahun 2011 Singapura memiliki
12 per 100.000 kelahiran hidup, yang diikuti oleh Brunei Darussalam (29), Thailand
(22), Malaysia (47), Vietnam (56), Filipina (127), Indonesia (156), Kamboja
(188), Myanmar (201) dan Laos (271). Pada tahun 2012 Singapura memiliki 12 per
100.000 kelahiran hidup, Brunei Darussalam (25), Thailand (22), Malaysia (45),
Vietnam (56), Filipina (126), Indonesia (148), Kamboja (178), Myanmar (195) dan
Laos (250). Tahun 2013 Singapura 11 per 100.000 kelahiran hidup diikuti oleh Brunei
Darussalam (24), Thailand (21), Malaysia (43), Vietnam (55), Filipina (121),
Indonesia (140), Kamboja (173), Myanmar (189) dan Laos (230). Tahun 2014,
Singapura memperoleh 10 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei Darussalam (23), Thailand
(21), Malaysia (41), Vietnam (54), Filipina (117), Indonesia (133), Kamboja
(167), Myanmar (184) dan Laos (213).7
Crude
Death Rate (CDR) atau Angka Kematian Kasar adalah angka
yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun
tertentu untuk setiap 1.000 penduduk. Pada umumnya penduduk tua mempunyai
risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.
Jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan
gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. 3 4
Di
antara negara-negara anggota ASEAN pada tahun 2010 hingga 2014 Myanmar memiliki
Angka Kematian Kasar tertinggi (8,366;8,313;8,275;8,253 per 1.000 penduduk).
Angka Kematian Kasar tertinggi lainnya termasuk Laos
(7,39;7,223;7,064;6,912;6,768 per 1.000 penduduk) dan juga Indonesia
(7,178;7,168;7,162;7,16;7,161 per 1.000 penduduk). Selain itu, negara Singapura
(4,4;4,5;4,5;4,6;4,7 per 1.000 penduduk) memiliki Angka Kematian Kasar terendah
diikuti dengan Brunei Darussalam pada tahun 2010 hingga tahun 2014 (2,994;2,982;2,973;2,975;2,992 per 1.000
penduduk). 7
Tabel 4. Angka Kematian Kasar pada Tahun 2010-2014 di
Negara ASEAN7
No.
|
Nama Negara ASEAN
|
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate/CDR)
(Per 1.000 penduduk)
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
1.
|
Brunei Darusalam
|
2,994
|
2,982
|
2,973
|
2,975
|
2,992
|
2.
|
Singapura
|
4,4
|
4,5
|
4,5
|
4,6
|
4,7
|
3.
|
Malaysia
|
4,73
|
4,771
|
4,815
|
4,865
|
4,921
|
4.
|
Indonesia
|
7,178
|
7,168
|
7,162
|
7,16
|
7,161
|
5.
|
Filipina
|
6,402
|
6,506
|
6,6
|
6,678
|
6,735
|
6.
|
Thailand
|
7,405
|
7,522
|
7,647
|
7,774
|
7,901
|
7.
|
Vietnam
|
5,702
|
5,73
|
5,757
|
5,785
|
5,815
|
8.
|
Myanmar
|
8,366
|
8,313
|
8,275
|
8,253
|
8,25
|
9.
|
Laos
|
7,39
|
7,223
|
7,064
|
6,912
|
6,768
|
10.
|
Kamboja
|
6,525
|
6,412
|
6,312
|
6,218
|
6,127
|
Angka
Harapan Hidup (AHH) waktu lahir dapat digunakan untuk menilai derajat kesehatan
masyarakat. Selain itu, AHH juga menjadi salah satu indikator yang digunakan
untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Di Indonesia selama tahun
2006 sampai 2014 terjadi peningkatan angka harapan hidup. 3 4
Angka
Harapan Hidup merupakan indikator untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya.
Angka
Harapan Hidup (AHH) merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya. Selain itu, AHH juga menjadi salah satu indikator
yang digunakan untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM). AHH yaitu
ratarata jumlah tahun yang akan dijalani seseorang sejak orang tersebut lahir.
Peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara merupakan efek
keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi dinegara
tersebut. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat,
sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti halnya dengan
tingkat pendapatan tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih
baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian
secara ekonomis mempunyai peluang untuk untuk memperoleh pendapatan lebih
tinggi. Keluarga yang usia harapan hidupnya lebih panjang, cenderung untuk
menginvestasikan pendapatannya di bidang pendidikan dan menabung. Dengan
demikian, tabungan nasional dan investasi akan meningkat, dan pada gilirannya
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.3 4
Angka
Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan
asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut umur. Angka ini
adalah angka pendekatan yang menunjukkan kemampuan untuk bertahan hidup lebih
lama. AHH merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya. Indikator
terkait bidang kesehatan yang mempengaruhi nilai IPM, yaitu Angka Harapan Hidup
(AHH). AHH adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak
ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut umur. AHH merupakan angka
pendekatan yang menunjukkan kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama. Selain
itu, AHH merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya. 3 4
Tabel 5. Angka Harapan Hidup pada Tahun 2010-2014 di
Negara ASEAN7
Nama Negara
ASEAN
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
World
|
70,49
|
70,76
|
71,00
|
71,24
|
71,45
|
Brunei Darussalam
|
77,60
|
77,93
|
78,25
|
78,55
|
78,81
|
Cambodia
|
66,39
|
66,87
|
67,33
|
67,77
|
68,21
|
Indonesia
|
68,15
|
68,33
|
68,52
|
68,70
|
68,89
|
Malaysia
|
74,16
|
74,29
|
74,42
|
74,57
|
74,72
|
Myanmar
|
64,92
|
65,18
|
65,43
|
65,65
|
65,86
|
Philippines
|
67,78
|
67,89
|
68,01
|
68,13
|
68,27
|
Vietnam
|
74,99
|
75,16
|
75,32
|
75,48
|
75,63
|
Thailand
|
73,69
|
73,89
|
74,07
|
74,25
|
74,42
|
Singapore
|
81,54
|
81,74
|
82,00
|
82,25
|
82,65
|
Lao PDR
|
64,33
|
64,80
|
65,25
|
65,69
|
66,12
|
Berdasarkan
data yang diambil dari World Bank Data,
Pada tahun 2011 indonesia memiliki angka harapan hidup dengan nilai 68,33 tahun
dengan yang paling tinggi AHH pada negara singapura yaitu 81,74 tahun dikuti
oleh negara brunei Darusalam 77,93 tahun, dan yang paling rendah yaitu pada
negara myanmar yaitu 65,18 tahun diikuti oleh laos 64,80 tahun. 7
Pada
tahun 2012 indonesia angka harapan hidup dengan nilai 68,33 tahun dengan yang
paling tinggi AHH pada negara singapura yaitu 82,00 tahun dikuti oleh negara
brunei Darusalam 78,25 tahun, dan yang paling rendah yaitu pada negara myanmar
yaitu 65,43 tahun diikuti oleh laos 65,25 tahun. Pada
tahun 2013 indonesia angka harapan hidup dengan nilai 68,70 tahun dengan yang
paling tinggi AHH pada negara singapura yaitu 82,25 tahun dikuti oleh negara
brunei Darusalam 78,55 tahun, dan yang paling rendah yaitu pada negara myanmar
yaitu 65,65 tahun diikuti oleh laos 65,29 tahun. Pada
tahun 2014 indonesia angka harapan hidup dengan nilai 68,89 tahun dengan yang
paling tinggi AHH pada negara singapura yaitu 82,65 tahun dikuti oleh negara
brunei Darusalam 78,81 tahun, dan yang paling rendah yaitu pada negara myanmar
yaitu 65,86 tahun diikuti oleh laos 66,12 tahun. 7
Penyakit tidak menular (PTM)
menjadi penyebab utama kematian secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari
57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau
hampir dua pertiganya disebabkan oleh PTM. Penyakit Tidak Menular juga membunuh
penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi
rendah dan menengah, seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia
kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju,
menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang
berusia kurang dari 70 tahun, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab
terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis,
penyakit pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30%
kematian, serta 4% kematian disebabkan diabetes.8
Menurut Badan Kesehatan Dunia
WHO, kematian akibat Penyakit Tidak Menular
diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar
akan terjadi di negara negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%)
dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti
kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes. Dengan jumlah total pada tahun
2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak
menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Di sisi lain, kematian
akibat penyakit menular seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi lainnya akan
menurun, dari 18 juta jiwa saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun 2030.
8
Secara global, regional dan
nasional perkiraan pada tahun 2030 transisi epidemiologi dari penyakit menular
menjadi penyakit tidak menular semakin jelas. Diperkirakan jumlah kesakitan
akibat penyakit tidak menular dan kecelakaan akan meningkat dan penyakit
menular akan menurun. PTM seperti kanker, jantung, DM dan penyakit paru
obstruktif kronik, serta penyakit kronik lainnya akan mengalami peningkatan
yang signifikan pada tahun 2030. Sementara itu penyakit menular seperti TBC,
HIV/AIDS, Malaria, Diare dan penyakit infeksi lainnya diprediksi akan mengalami
penurunan pada tahun 2030. Peningkatan kejadian PTM berhubungan dengan
peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup seiring dengan
perkembangan dunia yang makin modern, pertumbuhan populasi dan peningkatan usia
harapan hidup. 8
Di Indonesia sendiri pada tahun
2014 total kematian akibat penyakit tidak menular sekitar 71% dari 1.551.000
kasus kematian. Penyakit tidak menular akibat kardiovaskular sekitar 37% dari
total kematian, kematian ibu dan anak sekitar 22% dari total kematian, kanker
sekitar 13% dari total kematian, diabetes 6% dari total kematian dan penyakit
respiratorius yang kronis sekitar 5% dari total kematian.9
Di Malaysia, data pada tahun 2014
total kematian akibat penyakit tidak menular sekitar 73% dari 146.000 kasus
kematian. Penyakit kardiovaskular 36% dari total kematian, kematian ibu dan
anak sekitar 16% dari total kematian, kanker sekitar 15% dari total kematian,
penyakit tidak menular lainnya sekitar 12% dari total kematian, dan penyakit
respiratorius yang kronis sekitar 7% dari total kematian. Di Laos data pada
tahun 2014 total kematian akibat penyakit tidak menular sekitar 48% dari 46.000
kasus kematian. Penyakit tidak menular akibat kardiovaskular 22% dari total
kematian, kematian ibu dan anak sekitar 43% dari total kematian, kanker sekitar
11% dari total kematian, penyakit tidak menular lainnya sekitar 8% dari total
kematian, kecelakaan sekitar 9% dari total kematian, dan penyakit respiratorius
kronis sekitar 5% dari total kematian. Di Thailand data pada tahun 2014 total
kematian akibat penyakit tidak menular sekitar 79% dari 509.000 kasus kematian.
Kardiovaskular 29% dari total kematian, kematian ibu dan anak sekitar 18% dari
total kematian, kanker sekitar 17% dari total kematian, kecelakaan sekitar 11%
dari total kematian, dan penyakit respiratorius yang kronis sekitar 9% dari
total kematian. Di Philippina data pada tahun 2014 total kematian akibat
penyakit tidak menular sekitar 67% dari 571.000 kasus kematian. Kardiovaskular
33% dari total kematian, kematian ibu dan anak sekitar 25% dari total kematian,
penyakit tidak menular lainnya sekitar 14% dari total kematian, kanker sekitar
10% dari total kematian, kecelakaan sekitar 8% dari total kematian, dan
penyakit respiratorius yang kronis sekitar 5% dari total kematian. Di Kamboja
data pada tahun 2014 total kematian akibat penyakit tidak menular sekitar 58%
dari 441.000 kasus kematian. Kardiovaskular 25% dari total kematian, kematian
ibu dan anak sekitar 30% dari total kematian, penyakit tidak menular lainnya
sekitar 11% dari total kematian, kanker sekitar 11% dari total kematian,
kecelakaan sekitar 11% dari total kematian, dan penyakit respiratorius yang
kronis sekitar 9% dari total kematian. Untuk penyakit tidak menular angka
kematian paling tinggi di ASEAN adalah di negara Indonesia, Malaysia dan
Thailand yaitu sekitar > 70% kasus dari total kematian pada tahun 2014.
Angka kematian pada penyakit tidak menular paling banyak yaitu akibat penyakit
kardiovaskular, kanker, penyakit kematian ibu dan anak.9
10
Penyakit menular secara khusus
merupakan masalah kesehatan utama negara berkembang atau negara miskin.
Penyakit menular dapat dikelompokan menjadi penyakit menular yang terabaikan
(neglected)/PMN, dan penyakit menular yang tidak terabaikan (non-neglected)/NN.
Penentuan PMNN berdasarkan adannya komitmen atau prioritas pengendalian
nasional dan global. Dari 8 PMNN yang menjadi komitmen dunia terutama di
Indonesia, satu penyebabnya adalah parasit (Malaria), 3 bakteri (Tuberkulosis,
pneumonia dan diare), dan 4 virus (Dengue, HIV-AIDS, influenza, pneumonia,
diare dan hepatitis virus). 9 10
Penyakit menular merupakan
indikator kemajuan atau status suatu Negara. Penyakit menular dapat
dikelompokan berdasarkan pejamu (host) utamanya yaitu penyakit menular hanya
pada manusia, dan dapat juga pada manusia dan binatang atau dikenal sebagai
zoonosis. Penyakit menular dapat juga dikelompokan berdasarkan cara
penularannya yaitu menular langsung dan melalui perantara yaitu sebagian besar
termasuk zoonosis. Berdasarkan ketersedian vaksin untuk pencegahan penyakit,
penyakit menular dapat dikelompokan menjadi penyakit menular yang dapat dicegah
dengan imunisasi dan penyakit menular yang tidak dapat dicegah dengan
imunisasi. Selain itu penyakit menular juga dapat dikelompokan berdasarkan
waktu munculnnya, yaitu penyakit menular lama/sudah ada (existing) sejak lama
dan penyakit menular lama yang muncul atau meningkat kembali (re-emerging) atau
penyakit menular baru (emerging). Dalam dua dasawarsa terakhir dikenal penyakit
menular yang terabaikan (neglegted)/PMN dan penyakit menular yang tidak terabaikan
(non-neglegted)/NN. 9 10
Untuk
itu kami akan membahas tuberculosis paru (TBC) dan salah satu penyakit golongan
zoonosis yang signifikan terkait kematian hewan maupun manusia pada sebagian
besar negara di dunia adalah Rabies..
1.
PENYAKIT
TIDAK MENULAR
Berdasarkan
penjelasan sebelumnya penyakit menular memiliki angka kematian yang masih cukup
tinggi di negara negara ASEAN. Penyakit tidak menular paling banyak yaitu pada
penyakit kardiovaskular, dan kanker. Rencana strategis penyakit tidak menular
dibangun untuk kesehatan masyarakat. Elemen-elemen untuk implementasi
digambarkan seperti di bawah ini: 9 10
·
Komprehensif dari kedua kebijakan dan tindakan pada
penyakit tidak menular dan faktor risikonya.
·
Fokus pada hasil yaitu memastikan
investasi yang optimal dari sumber daya dengan keuntungan kesehatan terbesar
melalui pemantauan hasil kesehatan
·
Kolaborasi Multisektoral yaitu
konsultasi melibatkan semua sektor masyarakat untuk memastikan menggambarkan
kekuatan orang-orang dari berbagai sektor dengan pengetahuan dan keterampilan
yang berbeda.
·
Intervensi Multidisiplin yaitu
degan konsisten dengan prinsip-prinsip
promosi kesehatan dan pedoman pengobatan standar untuk manajemen klinis secara
optimal.
·
Akses Universal yaitu untuk mencapai
kesetaraan dalam perawatan penyakit tidak menular di semua tingkatan terlepas
dari etnis, warna kulit atau kepercayaan
·
Inovatif yaitu dengan menghubungkan
promosi kesehatan dan pencegahan dan kontrol penyakit tidak menular.
·
Yahweh yaitu dengan pendekatan
berdasarkan kepercayaan dalam perawatan penyakit tidak menular.
Indikator
yang berperan dalam prevalensi penyakit tidak menular seperti kanker dan
kardiovaskular yaitu sebagai berikut: 9 10
1)
Merokok
Proporsi
perokok secara keseluruhan adalah 36,6% di antaranya 42,7% dilaporkan merokok
setiap hari. Proporsi perokok laki-laki dalam kelompok usia 25-34 tahun
signifikan lebih banyak.
2)
Nutrisi
Sekitar
39,8% anak-anak yang kurang dari 6 bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif.
Kurangnya konsumsi buah dan sayuran banyak pada orang yang mendertia penyakit
tidak menular tersebut. Menurut data hanya sekitar 1,2% laki-laki mengkonsumsi
sayur dan buah dan 0,6% perempuan yang mengkonsumsi buah dan sayur minimal 5
jenis per harinya
3)
Alkohol
Sekitar
45% dari populasi antara usia 15-64 yang mengkonsumsi alkohol dan 23,8% telah
mengkonsumsi alkohol dalam 1 tahun terakhir. Proporsi yang lebih tinggi pada
laki-laki yaitu sekitar 79,5% dibandingkan perempuan hanya sekitar 58,6%.
4)
Aktivitas fisik
Sekitar
41% dari orang dewasa dengan penyakit tidak menular tidak melakukan aktifitas
seperti bekerja, sekitar 14,8% tidak melakuakn aktifitas saat bepergian dan
76,1% tidak melakukan aktifitas pada waktu luang.
·
Penyakit kardiovaskular
Penyakit
kardiovaskular (CVD) adalah penyebab nomor satu kematian global di mana sekitar
80% dari kematian ini terjadi di negara berpenghasilan rendah sampai menengah.
Antara tahun 1990 dan 2020, penyakit jantung koroner diantisipasi karena dapat
meningkat hingga 120% pada perempuan dan 137% pada laki-laki di negara
berkembang. 9 10
Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara
berkembang yang mencakup Kepulauan Pasifik dilaporkan adanya penurunan penyakit
menular dan kenaikan dalam prevalensi penyakit tidak menular seperti CVD. Hal
ini dapat dikaitkan dengan perubahan ekonomi dan sosial yang cepat pada
masyarakat tradisional yang telah mengalami urbanisasi dan modernisasi sehingga
terjadi peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular. Standar hidup yang
meningkat telah mengakibatkan peningkatan konsumsi lemak yang tinggi dan
peningkatan penggunaan konsumsi rokok dan alkohol. Kurangnya pengetahuan yang
berhubungan dengan gaya hidup sehat dan kebiasaan perilaku yang sulit dirubah
meningkatkan angka kejadian penyakit kardiovaskular.
9 10
·
Kanker
Berdasarkan
Data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC), diketahui
bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575
kematian akibat kanker di seluruh dunia. Gambar 1 menunjukkan bahwa kanker
payudara, kanker prostat, dan kanker paru merupakan jenis kanker dengan
persentase kasus baru (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi, yaitu sebesar
43,3%, 30,7%, dan 23,1%. Sementara itu, kanker paru dan kanker payudara
merupakan penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi akibat
kanker. Dilihat pada Gambar 2 di bawah ini, maka dapat diketahui bahwa kanker
paru ditemukan pada penduduk laki-laki, yaitu sebesar 34,2%, sedangkan kematian
akibat kanker paru pada penduduk laki-laki sebesar 30,0%.11
Pada
penduduk perempuan, kanker payudara masih menempati urutan pertama kasus baru
dan kematian akibat kanker, yaitu sebesar 43,3% dan 12,9%. Strategi intervensi
untuk penyakit tidak menular pada kanker: 11
·
Lingkungan dengan meningkatkan screning
untuk kanker dan manajement terapinya
·
Perubahan Gaya hidup pada populasi yang
screning yang memiliki faktor resiko kanker.
·
Secara klinik degan meningkatkan
management cancer pada pusat kesehatan.
·
Advokasi degan meningkatkan pengetahuan
tentang kanker
·
Survelance monitoring dan evaluasi yaitu
dengan meningkatkan survelance nasiponal penyakit tidak menular dengan data
survey kanker
Sementara di negara-negara maju sebagian
besar kematian terjadi di usia dari 60 dan 70 tahun ke atas, sekitar 55% dari
kematian akibat penyakit jantung koroner yang terjadi pada kelompok usia 40-59
tahun. Di Indonesia sendiri angka kejadian
penyakit tidak menular kardiovaskular sekitar 37% dan kanker sekitar 13% dengan
faktor resiko merokok sekitar 35% total dari keseluruhan populasi indonesia
merokok, alkohol sekitar 0,6% total dari keseluruhan populasi indonesia,
hipertensi sekitar 27,8% total dari keseluruhan populasi indonesia, dan
obesitas 4,8% total dari keseluruhan populasi indonesia. Di Thailand angka
kejadian penyakit tidak menular kardiovaskuler sekitar 29% dan kanker 17% total
dari keseluruhan populasi indonesia dengan faktor resiko merokok sekitar 24%
total dari keseluruhan populasi indonesia merokok, alkohol sekitar 7,1% total
dari keseluruhan populasi indonesia, hipertensi sekitar 22,3% total dari
keseluruhan populasi indonesia, dan obesitas 8,8% total dari keseluruhan
populasi indonesia. Di Myanmar angka kejadian penyakit tidak menular
kardiovaskuler sekitar 25% dan kanker 11% total dari keseluruhan populasi
indonesia dengan faktor resiko merokok sekitar 22% total dari keseluruhan
populasi indonesia merokok, alkohol sekitar 0,7% total dari keseluruhan
populasi indonesia, hipertensi sekitar 28,3% total dari keseluruhan populasi
indonesia, dan obesitas 4,0% total dari keseluruhan populasi indonesia. Di
Myanmar masih dalam pembagunan untuk sistem mekanisme institutenya hanya baru didirikan medical officer of health. Kendala yang ditemukan di negara myanar
berupa dana yang terbatas dan perubahan kebijakan yang sering terjadi. Di
kamboja angka kejadian penyakit tidak menular kardiovaskuler sekitar 24% dan
kanker 13% total dari keseluruhan populasi indonesia dengan faktor resiko
merokok sekitar 32% total dari keseluruhan populasi indonesia merokok, alkohol
sekitar 5,5% total dari keseluruhan populasi indonesia, hipertensi sekitar
17,0% total dari keseluruhan populasi indonesia, dan obesitas 2,1% total dari
keseluruhan populasi indonesia. Di Laos PDR angka kejadian penyakit tidak
menular kardiovaskuler sekitar 22% dan kanker 11% total dari keseluruhan
populasi indonesia dengan faktor resiko merokok sekitar 26% total dari keseluruhan
populasi indonesia merokok, alkohol sekitar 7,3 total dari keseluruhan populasi
indonesia, hipertensi sekitar 22,2% total dari keseluruhan populasi indonesia,
dan obesitas 2,6% total dari keseluruhan populasi indonesia. Di Malaysia angka
kejadian penyakit tidak menular kardiovaskuler sekitar 36% dan kanker 15% total
dari keseluruhan populasi indonesia dengan faktor resiko merokok sekitar 23%
total dari keseluruhan populasi indonesia merokok, alkohol sekitar 1,3% total
dari keseluruhan populasi indonesia, hipertensi sekitar 24,2% total dari
keseluruhan populasi indonesia, dan obesitas 14,0% total dari keseluruhan
populasi indonesia. Mekanisme kerja di Malaysia melibatkan institut berupa Public heath institute, divisi nutrisi,
sekolah kesehatan, food heatlh divisi, universitas,
Health promotion Board, National Cancer
sociaty, diabestes society dan lain-lain. Tidak ada kendala yang ditemukan
pada kebijakan di malaysia. Di Philipines angka kejadian penyakit tidak menular
kardiovaskuler sekitar 33% dan kanker 10% total dari keseluruhan populasi
indonesia dengan faktor resiko merokok sekitar 27% total dari keseluruhan
populasi indonesia merokok, alkohol sekitar 5,4% total dari keseluruhan
populasi indonesia, hipertensi sekitar 22,6% total dari keseluruhan populasi
indonesia, dan obesitas 6,3% total dari keseluruhan populasi indonesia.
9 10
Strategi intervensi
yang dapat dilakuan yaitu: 9 10
·
Lingkungan yaitu Meningkatkan pengaturan
PHC untuk skrining kardiovaskular dan manajemen
·
Perubahan gaya hidup yaitu pada proporsi
penduduk yang di screning per tahun untuk penderita penyakit kardiovaskular
·
Klinis dengan Meningkatkan manajemen
kardiovaskular di semua tingkat pelayanan kesehatan
·
advokasi dengan Meningkatkan pendidikan
publik tentang kardiovaskular
·
Surveilans evaluasi dan monitoring
dengan meningkatkan surveilans penyakit kardiovaskular
2. PENYAKIT
MENULAR
Tuberkulosis (TB) juga menjadi salah satu penyakit menular yang
upaya pengendaliannya dinilai pada komitmen global Millenium Development
Goals. MDGs menetapkan TB sebagai bagian dari tujuan di bidang kesehatan
yang terdiri dari: 3
- Menurunkan insidens TB Paru pada
tahun 2015;
- Menurunkan prevalensi TB Paru dan
angka kematian akibat TB Paru menjadi setengahnya pada tahun 2015
dibandingkan tahun 1990;
- Sedikitnya 70% kasus TB Paru BTA+
terdeteksi dan diobati melalui program DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB-Paru dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Directly Observed
Treatment Shortcourse (DOTS)
adalah nama untuk suatu strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan
dasar di dunia untuk mendeteksi & menyembuhkan pasien TB. Strategi ini
terdiri dari 5 komponen, yaitu:3
·
Dukungan
politik para pimpinan wilayah di setiap jenjang sehingga program ini menjadi
salah satu prioritas dan pendanaan pun akan tersedia.
·
Mikroskop
sebagai komponen utama untuk mendiagnosa TB melalui pemeriksaan sputum langsung
pasien tersangka dng penemuan secara pasif.
·
Pengawas
Minum Obat (PMO) yaitu orang yang dikenal & dipercaya baik oleh pasien
maupun petugas kesehatan yang akan ikut meng awasi pasien minum seluruh obatnya
sehingga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum obatnya & diharapkan
sembuh pada akhir masa pengobatannya.
·
Pencatatan dan pelaporan dengan baik &
benar sebagai bagian dari sistem surveilans penyakit ini sehingga pemantauan
pasien dapat berjalan.
·
Paduan
obat anti TB jangka pendek yang benar, termasuk dosis & jangka waktu yang
tepat, sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.
- Sedikitnya 85% tercapai Succes
Rate (SR). Upaya pengobatan kasus TB dilakukan dengan menerapkan
strategi DOTS, yaitu strategi penatalaksanaan TB yang menekankan
pentingnya pengawasan terhadap pasien TB untuk memastikan pasien
menyelesaikan pengobatan sesuai ketentuan sampai dinyatakan sembuh.
Strategi ini direkomendasikan oleh WHO secara global untuk menanggulangi
TB, karena menghasilkan angka kesembuhan yang tinggi yaitu mencapai 85%.
Upaya Pemerintah dalam menanggulangi TB Paru setiap tahunnya
semakin menunjukkan kemajuan. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya jumlah
penderita yang ditemukan dan disembuhkan setiap tahun memperlihatkan persentase
TB Paru BTA+ terhadap suspek TB Paru selama tahun 2005-2012. Selama delapan
tahun terakhir persentase TB Paru BTA+ terhadap suspek TB Paru tertinggi
terjadi pada tahun 2005 yaitu 13% dan terendah terjadi pada tahun 2011 dan
tahun 2012 sebesar 10%. Persentase BTA positif terhadap suspek
yang diperiksa dahaknya menggambarkan mutu dari
proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria suspek. Angka proporsi pasien baru TB paru BTA
positif di antara suspek yang diperiksa ini
sekitar 5-15%. Angka ini bila terlalu kecil (<5 antara="" disebabkan="" kemungkinan="" lain="" span="" style="color: black;"> 5>karena penjaringan suspek terlalu
longgar, banyak orang yang tidak memenuhi kriteria suspek,
atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu). Sedangkan bila angka ini terlalu besar (>15%) kemungkinan
disebabkan antara lain karena penjaringan
terlalu ketat atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu).
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar